Sunday, January 7, 2018

Lipstik & Pesimisme

Lipstik & Pesimisme
Lipstik dan Pesimisme

[caption identification="" align="aligncenter" width="189" caption="credits : katakamus.blogspot.com"][/caption]

Ah orang itu, pake-pake lipstik tebal sekali, tidak disini, tidak disana,

lipstik itu seakan tak berkiprah dari bibirmu, bikin aku muak saja.

Kau pikir aku jadi orgasme meilhatnya. Kau pikir aku kan tertarik melihatmu berias misalnya itu.

Yah aku tambah muak malah. Tidak malam tidak siang.

Hai pemakai gincu tebal! Apa yang kau cari? Kau terus saja menggerogoti bibirmu memakai cara mempertebal gincumu itu, sadarkah kah kau terlihat sibuk memperindah gincumu dari pada melayani yang telah membuatmu ingin bergincu. Hai pemakai lipstik !.

(Sang Sing Sung. Lipstikmu terlalu tebal :2012)

PolitikLipstik

Suatu siang pada ruang BA 203 kampus fisipol ugm, saya heran semakin kesini semakin banyak mahasiswi-mahasiswi yang memoles bibirnya memakai lipstik. Mereka berlipstik memakai banyak sekali varian warna, terdapat yang merah merona terdapat maupun yang merah jambu. Ada yang tebal dikombinasikan memakai bedaknya, terdapat yang memasangnya memakai tipis saja, aw badai benar. Tunggu dulu jangan terlalu sentimen, disini saya tidak mau mencibir mereka yang bergincu, mereka bergincu memakai motif tersendiri. Ada yang tidak terlalu pede memakai penampilannya, buat menutupi itu sehingga dia memutuskan buat berlipstik. Ada maupun yang berlipstik buat terlihat pleasant searching. Ya meskipun seringkali terdapat orang berlipstik bukan membuatnya tambah manis akan namun malah kelihatan tambah nggilani karo meddeni. Ah, itu hak masing-masing lah, saya tahu wanita kodratnya ingin tampil menarik.

Berbicara soal lipstik tentu saja kegunaannya merupakan membuat wajah yang tampak kusam, kurang badai menjadi cerah dan menarik. Menurut Heidegger lipstik dan kecantikan itu bagian dari esensi insan dan tak sanggup mencapai keberadaan insan seutuhnya.Oleh karenanya lipstik dievaluasi hanya akan menyampaikan kemasan kecantikan luar belaka yang temporer dan teramat mudah pudar sang situasi. Lantas apa hubungannya politik memakai lipstik begitu?.Dalam berpolitik kita tak boleh ketinggalan buat berlipstik. Apakah politik lipstik itu?politik lipstik merupakan sebuah siasat politik yang digunakan layaknya fungsi lipstik. Yakni buat menyampaikan polesan citra manis bagi pemakainya. Padahal apa yang tampak manis dari luar belumtentu didalamnya maupun manis, sanggup maupun biasa sajaa bahkan sanggup jadi busuk. Cantiknya pemakai lipstik belum tentu akan manis jua memakai tanpa lipstik.

Setidaknya presiden kita waktu ini pandai sekali merias wajahnya tampak menarik memakai lipstik.Ya semenjak awal joko widodo booming yakni waktu menjabat sebagai walikota solo dia berlipstik memakai gaya blusukan dan mobil esemkanya. Sontak kelihaiannya dalam berlipstik inimembuatnya menjadi media darling. Kemanapun geraknya menjadi sorotan media. Sehingga namanya mulai populer pada seantero negeri. Hingga membuatnya duduk pada kursi gubernur DKI. Sampaiakhirnya sanggup duduk pada istana negara misalnya ini. Patut diakui faktanya karir politiknya tak tanggal dari kepandaiannya dalam melakukan politik lipstik.

Masih soal joko widodo yang melakukan politik lipstik. Karir politiknya tak akan menjulang misalnya sekarang bila tanpa sorotan media. Media berperan sangat besar membuat wajah Jokowi yang telah berlipstik tadi menjadi tambah badai, media diibaratkan misalnya menyampaikan susuk manis pada Jokowi sehingga membuat publik makin tertarik padanya.

Agak sulit memang melihat wajah orisinal joko widodo tanpa lipstik. Tapi, baru-baru ini lipstik yang dipakai joko widodo mulai sedikit luntur. Kasus pengangkatan BG yang merupakan pesanan mbok mega menjadi contohnya betapa lipstik joko widodo mulai luntur. Kemudian pengangkatan Jaksa Agung yang ditengarai merupakan pesanan Om Brutus. Ada lagi kenyataan yang membuat lipstik joko widodo mulai luntur. Kasus penyerahan donasi 1099 traktor ke petani Ponorogo misalnya. Traktor tersebut hanya menjadi pajangan saja agar waktu pada liput media, Jokowi sanggup terlihat manis. Dalam kasus tersebut Jokowi pada liput memakai memberi sambutan dan berencana akan menyampaikan traktor tersebut pada petani ponorogo sebagai donasi pemerintah buat swasembanda pangan. Miris! traktor tadi cuma menjadialat PHP bagi petani, dan pada akhirnya sehabis upacara simbolik yang dilakukan Jokowi traktor itu ditarik pergi sang pemerintah.

Melampaui Pesimisme

Apa yang harus kita lakukan kemudian? Tugas kita merupakan menuntut Jokowi buat berhenti berlipstik, dan kemudian penekanan bekerja buat kepentingan rakyat, sebagaimana yang dijanjikannya pada masa kampanye kemudian. Banyak sekali pekerjaan rumah yang harus dikerjakan Jokowi. Mulai dari menjamin harga sembako yang murah. Penegakan aturan yang tegas. Persoalan pemberantasan Korupsi. Sampai bisikan para Mafia. Serta kasus yang menjadi masalah publik lainnya. Semua itu merupakan kerjaan yang berat yang harus diatasi, ketimbang menyibukkan diri memakai berlipstik agar citranya pada rakyat tidak jelek.Rakyat tak butuh citra baik yang mencerminkan kemunafikan pemimpinya itu. Yang diperlukan rakyat sekarang merupakan kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat, itu saja.

Tapi entah mengapa saya tidak terlalu optimis kepada rezim sekarang. Saya muak memakai semakin banyaknya politisi yang berlipstik, mereka yang sanggup kepercayan rakyat buat member solusi buat negeri ini malah menambah masalah bangsa, ditambah lagi memakai syarat negara ini yang semakin hari semakin mengalami kemunduran. Seiring memakai semakin dewasanya saya semakin pesimis jua memakai keberlangsungan negara ini. Kadang saya berpikir sambil naik motor begitu, apa yang keliru memakai negeriku yang kucinta ini? Dititik mana negara ini melakukan kesalahan yang deadly sehingga terjebak pada situasi yang membuat negara ini tidak maju-maju dan cenderung mundur?.Kadangkala terbersit dalam pikiran saya bahwa negara ini usahakan dihancurkan. Atau semacam diinstal ulang begitu. Sebegitu muaknya saya terhadap negara ini. Sampai terbersit pemikran yang cenderung radikal tersebut. Semakin hari saya semakin pusing mikir negara.

Jujur kepesimisan saya pada negara ini bertambah ketika negara ini dibandingkan memakai negara lain yang sudah lebih maju. Negara lain sanggup maju kenapa negara ini tidak?, untung saja saya comply with Twitter GNFI yang setidaknya mengurangi kepesimisan saya pada negara ini. Akan namun itu tidak cukup. Setiap kontent-kontent tweetnya hanya sanggup membuat saya orgasme. Jadi apa yang harus saya lakukan? Apakah saya harus pindah ke negara lain yang sudah menjadi Walfare State? ah saya sebenarnya pingin, Ah namun saya tidak setega itu meninggalkan negara yang menyampaikan saya akta kelahiran dan KTP ini, Apakah saya harus mengikuti acaranya Mario Teguh agar tak pesimis terus, atau mendaftar menjadi anggota TNI yang extremely nasionalis dan sangat teguh memegang dokrtin NKRI Harga Mati Jangan tanyakan apa yang negara berikan pada kita, akan namun tanyakanlah apa yang sanggup kita perbuat pada negara. Mungkin kalau saya tarik kebelakang kepesimisan saya ini ditimbulkan gara-gara kurang menjiwai mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Tiap hari saya semakin dibingungkan memakai suatu pertanyaan yang sanggup dibilang sedikit menyiksa, pertanyaan itu routine, yaitu tentang bagaimana agar saya tidak pesimis memakai syarat negara misalnya waktu ini. Tampaknya mulai sekarang saya harus berlipstik agar sanggup menutupi wajah saya yang semakin suram gara-gara dihantuin memakai kepesimisan akan tentang negara ini, menjadi tampak lebih cerah dan badai seolah saya memancarkan wajah riang nan penuh keoptimisan akan syarat negara ini kedepan. Siapa tau memakai saya berlipstik secara konsisten sanggup membuat saya melampaui kepesimisan saya.

No comments:

Post a Comment