Anda mutlak mengenal dengan lipstik, produk yg wajib dimiliki oleh kaum hawa buat memanjakan bibir-bibir mereka agar kelihatan manis serta menarik, tinggal memilih warna apa yg pas buat bibir-bibir itu, mau merah, jingga, kuning, biru, nila atau unggu. Para wanita itu meyakini kalau telah pakai lisptik mutlak poly yg melirik, kalau telah pakai lipstick mutlak poly tertarik. Bayangkan, Waria saja tidak lupa pakai lipstick menjadi aksesoris agar lebih modis mirip selebritis papan atas.
Keinstanan agar tampil manis serta menarik justru menjadi penyakit karena seringnya dengan lisptik. penyebabnya karena lipstick memiliki bahan kimia berbahaya yg seandainya terus di pakai akan menimbulkan kepada penyakit Dari yg kronis hingga yg kritis. Begitulah gambaran mengenai sebuah lipstick, yg kepada hakekatnya menipu baik pemakai lipstick ataupun mereka yg terpesona dengan estetika fisik.
Ilustrasi diatasa merupakan analogi bahwa hari ini kita di penuhi oleh hiruk pikuk para pemimpin yg berkarakter misalnya lisptik, pemimpin yg selalu berusaha mencitrakn dirinya telah berbuat lebih poly. Pemimpin yg menampilkan sikap baik akan tetapi di dalam hatinya licik. Pemimpin yg selalu bergaya misalnya seorang binaragawan, akan tetapi sejatinya beliau tidak berdaya ketika kehormatan bangsanya di injak-injak.
20 tahun silam seorang pemimpin memakai lipstick dengan warna kemakmuran akan tetapi ternyata di meninggalkan setumpuk utang yg tidak kan habis di telan masa, hingga-hingga di negeri ini setiap bayi baru lahir telah mewarisi utang Negara.
10 tahun yg kemudian seorang bunda rumah tangga menjadi pemimpin dengan dengan lipstick peduli Wong cilik bangga karena Nasab Besar Bapaknya.Di interval kepemimpinanya, bangsa ini di semakin di injak kehormatannya, asset-aset negara tergadaikan di beli negeri tetangga Singapura, satu Wilayah NKRI Di Kalimantan di rebut
egeri JiranMalaysia. Rakyat memelas kasih karena BBM naik tiap tahunnya. Negeriyang membunuh rakyatnya sendiri dengan operasi Militer Aceh Merdeka. Para pengajar agama di tangkap dengan dugaan teroris disiksa hingga akhirnya tewas tidak berdaya.
5 tahun kemudian ada pemimpin yg membawa lipstick perubahan. Dari fisik beliau begitu meyakinkan, memukau poly orang, akhirnya beliau menang dua periode, lanjutkan. akan tetapi tidak poly yg dapat beliau lakukan karena ternyata beliau tidak setegar fisik yg kita bayangkan. Di interval kepemimpinannya negeri ini misalnya anak yg di manjakan. Tidak pernah dewasa maunya di kasih makan. Walhasil beliau misalnya di setir poly orang yg punya kepentingan, jabatannya presiden akan tetapi misalnya pelayan bangsa lain.
Pemimpin-pemimpin dengan karakter lipstick ini akan terus bermunculan, karena beliau di dukung senjata Media besar-besaran. Kita di buat resah, keburukan di anggap menjadi sebuah kebenaran, kebaikan tidak di liput atau paling tidak anggap kejahatan.Bayangkan saja seorang pemimpin di sebuah kota mini di jawa-tengah dapat menjadi pemenang di jantung bunda kota Negara, Jakarta. Kalau menghitung prestasi serta melihat realiats, mini sekali yg dapat di banggakan, akan tetapi Media misalnya disihirnya dengan mantera-mantera kanuragan zaman kini. Hingga dengan rela melepas baju idealsime serta menabrak etika jurnalisme hingga membuangnya ke sangkar. Kita dapat lihat berasal perubahan Media yg biasanya The Good files is The Bad News kini menjadi The Good files Is The Money files. Di stasiun-stasiun TV nasional sehari tidak kurang 5 tajukberita yg menunjukan pak Gubernur lagi turun, bahkan cium tangan saja di beritakan. Sebaliknya di Jawa-barat ada seorang pemimpin yg harus tinggal di rumah warga buat membantu satu desa terisolir karena bala. Para birokrat hingga terheran-heran di buatnya selain menjadi imam serta pengkhutbah beliau tidak pernah absen shalah subuh berjamaah. Para politikus hingga tersanjung-sanjung merasa malu kalau tidak mendukung, soalnya seventy 5 penghargaan karena kerja-kerjanya yg luar biasa daridalam negeri bahkan bangsa kreatif Korean selatan merasa wajib menaruh gelar DR honoris Causa.sebuah prestasi yg tidak pernah ada semenjak bangsa ini berdiri. Tetapi sayang beliau luput berasal pandangan awak Media.
Akhirnya, pemimpin yg bergaya lipstick bareng MEDIA, membuatrakyat kini di mabuk cinta. Benci tapi sayang, rindu akan tetapi dendam. Kalau telah menggelora libido kepentingan, masyarakat pun hilang akal, meski telah tahu kendaraan politik pemimpin itu paling merugikan dengan korupsi yg tidak terbayangkan. Ia tetap setia seorang..
No comments:
Post a Comment