Saturday, October 21, 2017

[Cerpen] Sepenggal Kisah di Episode Sudah Cantik Mbak

[Cerpen] Sepenggal Kisah

Image source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiggDdA3OydG8mZyLEPjlb0SlR0BQk4qp-MjJDd5O9BoBuqs6b_vIQsJZNCZw5q1410Mw4R1hnlwEGHyGKa8JvK8aKjbuGG0Ao7cO3juoI2kxsQbPv4n5-Cisv87CKIZoQXjORXNeoVymA/s1600/DSCN3044A.jpg

[Cerpen] Sepenggal Kisah pada Episode Sudah Cantik Mbak

Tik..tok..tik..tok..

Dentingan waktu seakan mengiringi debar jantungku, darahku selalu berdesir waktu tim wawancara memanggil satu persatu dari peserta pelamar kerja. Aku tak henti melirik arloji pada tangan, seakan waktu sedang memburuku, sekali waktu saya membolak balik berkas yg telah dari tempat tinggal ku susun rapi. Ada apa denganku? apa ini sindrom yg biasa menyerang mereka yg akan wawancara kerja?

Aku melirik kiri & kanan, ckckck ramai jua sainganku. Ruang tunggu yg jauh lebih akbar dari ruang tamu rumahku saja sesak dibuatnya. Macam-macam jua tingkahnya, terdapat sekelompok wanita sempurna pada depanku, mereka sibuk bercengkrama, pada arah kananku terdapat 2 orang pria yg asik bercerita & sekali waktu tertawa renyah tanpa peduli dimana mereka berada, terdapat sebagian duduk sendiri, tapi lebih banyak yg sibuk bersama gatget nya masing-masing. Sedang saya, duduk sendiri pada galat satu kursi yg disediakan diruang tunggu, sembari menata degub jantung yg terkadang menurutku nyaris terdengar keluar.

Waktu terus berjalan, satu persatu penunggu pada ruang ini berkurang, sampai tak kusadari hanya tersisa 10 dari jumlah yg ketika pagi melebihi seratus. saya kembali melihat kiri & kanan, sekelompok wanita pada depanku tadi hanya tinggal sendiri, dia tampak asik menepuk-nepukkan spon bedak ke wajahnya. Sontak saya pun tersadar, delapan jam lebih telah saya mengantri pada sini, absolut penampilanku telah tak seindah pagi. Pikiranku berputar, saya pribadi berdiri & memanfaatkan dinding kaca yg sempurna pada depanku, tak terdapat yg berubah, hanya posisi jilbabku yg sedikit miring.

telah anggun mbak

Suara itu impulsif membuatku menoleh, walaupun saya nir anggun tapi saya begitu arogan bahwa istilah-istilah itu ditujukan untukku, saya mendapati lelaki yg duduk pada samping kananku, ah bukannya itu pria yg dari tadi asyik tertawa bersama temannya. Tanpa ragu dia melempar senyum untukku. Tampan memang, tapi apa iya dia seramah itu? Kalau dia bukan tipe yg ramah, buat apa dia mengatakan misalnya itu, atau dia terpesona denganku, mungkin saja. Tapi apa saya cukup anggun buat menarik perhatiannya. Ah! saya bukan pemakan rayuan jalanan, Aku tersenyum kecut, melambangkan pertahanan diri.

"telah anggun mbak" istilah pria itu lagi.

"terimakasih"

Bukan, itu bukan suaraku, tapi mbak itu.

ternyata tanpa ku sadari terdapat seseorang wanita anggun pada sampingku, sangat anggun, yg sedari tadi jua sibuk merapikan dandanannya pada depan kaca.

'Gubrak'

Advertisement

Artikel Bermanfaat & Menghibur Lainnya

[Cerpen] Sepenggal Kisah Istri yg Tinggal pada Rumah Orang Tua
Cerpen: CENTAURUS
Dermaga Menjadi Saksi
Sepenggal Kisah Penyesalan Tentangmu
Sepucuk Surat Untuk Diriku Di Masa Depan

No comments:

Post a Comment