Saturday, November 18, 2017

Bahaya Lipstik

Bahaya Lipstik
Bahaya Lipstik

"Mama... papa balik ....," teriakku saat baru saja memasukkan motor ke teras rumah. Rupanya istriku sudah tahu kedatanganku dan sudah berada di balik pintu buat membukakannya. "Iya... buat sementara, mama bukain pintu...," jawab istriku sembari terdengar suara kunci pintu diputar. Sejurus kemudian, wajah istriku menyembul berdasarkan balik pintu menggunakan senyum cerah cerianya. "Mama sedang masak di dapur nih buat makan malam kita. Capek ya Pa," sambut istriku sembari mengangkat tas kerjaku buat diletakkan di kamar. "Ya lumayanlah Ma... hari ini timbul banyak tugas kawasan kerja misalnya umumnya," jawabku sembari melepas dasi dan kancing kemeja. Istriku datang kembali membantu membuka kancing di lengan dan melepaskan kemeja putihku. "Papa... ini noda lipstik siapa??!!" tanya istriku menggunakan suara menggelegar. "Emang noda lispstik apaan?" tanyaku balik menggunakan wajah heran. "Coba perhatikan ini. Bagaimana bisa lipstik menggunakan bentuk bibir ini bisa menempel di kemeja Papa!!! Jawab yang jelas!!!" bentak istriku menggunakan mata melotot dan gigi geraham bergeletak. Aku yang sedang terjangkit amnesia hanya bisa bengong saja sembari coba buat mengingat-ngingat bagaimana kemejaku bisa mendapatkan stempel bibir menggunakan lipstik warna ungu. "Tenang ya Ma... aku ghak ingat dan ghak tahu bagaimana itu lisptik bisa mendarat di kemejaku," jawabku hening. Mendengar jawaban singkatku, istriku bertambah marah. Beberapa tutur pedas mulai meluncur berdasarkan bibir istriku yang umumnya tersenyum anggun. Memang istriku tipe perempuan yang keras dan tegas. Terutama apabila tahu kalau suaminya timbul primary menggunakan perempuan lain. Sebenarnya aku sendiri agak ngeri kalau istriku sedang marah misalnya ini. Bukan karena takut omelan istriku terdengar sang tetangga. Namun karena istriku juara karate buat perseteruan bebas taraf propinsi. Salah-salah bisa terjadi KDRT dan akulah yang menjadi korbannya. Itulah resiko laki-laki yang menikahi pakar bela diri. Melihat aku memainkan handphone, istriku bertambah marah. Kemejaku yang tadi terkena lispstik mulai digenggamnya erat. Tiba-tiba terdengar suara, "breeeeet...." Astaganaga nagabonar.... kemeja yang tadi aku pakai kini sudah sobek menjadi dua bagian. Ternyata energi istriku lebih besar berdasarkan yang aku duga. "Papa... jawab yang betul. Apakah Papa hari ini bertemu menggunakan perempuan lain di luar sana??!!!" "Ya iyalah Ma... pasti. Kan tadi Papa maupun ketemu menggunakan rekan kerja dan klien yang nir hanya laki-laki," jawabku menggunakan nada pelan takut menambah kemarahan istriku. "Jangan bercanda. Ini kasus berfokus!!!" bentak istriku sembari mencengkram tanganku keras-keras. Alarm di tubuhku mulai berbunyi menjadi membuktikan bahaya yang mulai datang mengancam. Jila istriku memakai tehnik Tsubamagaeshi, maka akibatnya akan fatal. Tehnik Tsubamagaeshi ini ialah andalan istriku saat dulu bertanding di kejuaraan. Lawannya terbanting ke kanvas hanya menggunakan cengkraman di tangan dan dilanjutkan menggunakan tarikan dan dorongan pada lengan. Tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki di pintu pagar rumah. "Permisi...." "Iya silahkan..." teriakku sembari bergegas bangkit buat melepaskan diri berdasarkan cengkraman istriku yang siap memangsaku. "Haduh.. selamet... selamet...," bisikku pada diri sendiri sembari berjalan ke pintu pagar. "Eh Anton... Ma.. timbul Anton nih. Ayo silahkan masuk." Anton berjalan masuk mengikuti langkahku berdasarkan belakang. Aku berharap menggunakan kehadiran Anton, kemarahan istriku mereda dan bahaya yang tadi sempat mengancam akan berlalu begitu saja. Namun cita-cita tinggal cita-cita. Di ruang tamu, istriku masih berdiri bertolak pinggang. "Selamat sore Mbak Sri," sapa Anton saat bertemu istriku. Istriku nir menjawab sapaan Anton. Dia masih terus memandangku menggunakan wajah marah. "Pa... jawab dulu. Papa berselingkuh menggunakan siapa?" bentak istriku lagi. "Loh kalian sedang timbul kasus ya. Aku balik  aja ya," tutur Anton sembari memandang ke arah istriku. "Enggak apa-apa Ton. Ini istriku marah karena menemukan noda lipstik di kemejaku. Aku sendiri nir tahu mengapa noda lipstik itu bisa mendarat di kemejaku." "Hahahaha....." tiba-tiba Anton tertawa terbahak-bahak sembari mengarah-nunjuk ke arah kemejaku yang sudah terbelah menjadi dua. "Jadi itu masalahnya. Saya pikir timbul kasus berfokus apa," ujar Anton mencoba hening kembali. "Kenapa tertawa? Apanya yang lucu?" tanya istriku kepada Anton menggunakan wajah berfokus. "Begini Mbak Sri. Apakah Mbak Sri nir ingat kalau noda lipstik itu punya Mbak Sri sendiri?" Istriku yang ditanya hanya diam saja karena bingung. Termasuk aku maupun yang ikut bingung. "Tadi pagi saya lihat Mbak Sri sempat dibonceng Mas Bram ya. ingat nir saat di jalan ketemu saya, mas Bram mengerem mendadak dan wajah Mbak Sri membentur kemeja Mas Bram. Jadi noda lipstik itu sebenarnya punya Mbak Sri sendiri," sambung Anton lagi. Istriku yang mendengar penerangan Anton mulai mereda amarahnya. Wajahnya sudah mulai hening dan perilaku berdirinya sudah berganti favourite berdasarkan kuda-kuda Heisoku Dachi. "Coba Mbak Sri periksa apakah warna lipstiknya sama menggunakan yang Mbak Sri punya," lanjut Anton lagi menggunakan sangat yakin. Istriku kemudian melihat kembali noda lipstik yang timbul di kemejaku. Benar saja posisi noda lipstik tadi persis berada di pundak belakang menggunakan warna ungu berglitter. "Papa... maafkan mama ya...," tutur istriku tiba-tiba menggunakan suaranya yang pelan sembari menubrukku. Dipeluknya aku erat-erat menjadi rasa perasaan bersalahnya. "Iya, ghak apa-apa kok. Salah paham itu biasa. Tapi kalau marah jangan berlebihan ya Ma...," jawabku sembari mengelus ketua istriku yang sedang memelukku. "Tapi Papa jujurkan ghak timbul primary menggunakan perempuan lain? Aku akan sangat marah kalau Papa menghianati cinta kita," tutur istriku lagi menggunakan suara manjanya kembali. Akupun hanya mengangguk saja merespon pertanyaan istriku. Berikutnya, istriku pamit ke dapur buat meneruskan memasak buat makan malam. "Thanks Ton... untung anda segera datang," bisikku kepada Anton yang sedang memasang tampang sok pahlawan. Anton memang tadi datang karena aku mengirimkan membuktikan S.O.S melalui SMS. "That's oke Mas Bro... lain kali aku maupun dibantu loh ya kalau terjadi kasus yang sama," tutur Anton sembari mengedipkan matanya. "Eh ngomong-ngomong bagaimana anda bisa begitu yakin kalau istriku percaya menggunakan penjelasanmu? Saat berangkat kerja tadi, akukan pakai jaket," tanyaku masih menggunakan suara berbisik. "Hehehe... iya. Istrimu lupa kalau dirimu pakai jaket saat memboncengnya tadi ya. Wah kalau istrimu ingat, pasti beliau akan meneruskan marahnya. Berdoa saja agar Mbak Sri nir berfikir ke sana." "Iya. untungnya warna noda lipstik tadi sama menggunakan warna lipstik milik istriku. Memang lipstik istriku sama menggunakan lipstik miliki Marfuah, yang aku belikan saat timbul bonus di pusat perbelanjaan. "Benar-betul lipstik yang berbahaya," sahut Anton sembari tertawa. [caption id="attachment_236982" align="aligncenter" width="350" caption="Diambil berdasarkan intipsemut.wordpress.com"][/caption] Kami berdua terdiam saat istriku kembali lagi ke ruang tamu menggunakan wajah dan jalannya yang kembali lembut. Tangannya membawa baki yang berisi 2 gelas lemon ice tea kesukaanku. "Silahkan di minum Mas Anton. Setelah ini makan malam bersama ya," ujar istriku menggunakan ramah kepada Anton. Mendengar tawaran makan malam istriku kepada Anton, aku jadi cemas apabila nanti Anton salah ngomong. Aku segera menendang kaki Anton buat memberi kode buat beliau menolak tawaran istriku. "Eh iya... eh enggak usah Mbak Sri. Setelah ini saya wajib balik  karena istri saya maupun sedang memasak sajian khas buat makan malam kami. Setelah Anton balik . Akupun terduduk di di kursi teras sembari merenungi apa yang terjadi sore ini. "Haduh nyaris saja..." ujarku sembari bangkit berdasarkan kawasan duduk. "Pa, nyaris apa?" terdengar suara istriku bertanya. "Oh....... ya ampun.....," teriakku dalam hati sembari mencoba mencari kalimat terbaik buat menjawab.

No comments:

Post a Comment