KOMPAS.com - Keindahan mata sudah tidak sporadis diklaim merepresentasikan kecantikan. Namun, tidak pernah terdapat estetika mata yang ditampilkan tanpa alis membingkai di atasnya. Dari masa ke masa, silih berganti ikon yang menginspirasi bentuk alis indah.
Mulai berdasarkan alis tebal menikuk tipis milik Elizabeth Taylor di era 1970-an, sampai alis yang dibiarkan relatif bersemak milik Brooke Shield di era 1980-an. Di Indonesia, model alis tinggi melengkung ala penyanyi Krisdayanti pun sempat menjadi tren. Kini, banyak remaja Jakarta menenteng foto Han Ga In atau artis-artis Korea lainnya dikala ingin membentuk alis.
Sekadar punya alis tidak lagi cukup. Alis dibentuk bareng seksama lantaran mengubah alis dirasa memproduksi wajah jadi tidak sama. Efek lebih segar -bahkan dramatis- bisa didapat bareng mengubah alis.
Cara paling jamak mempercantik alis artinya bareng merapikan rambut alis -dicabuti bareng pinset atau benang- kemudian mempertegas bentuknya bareng pensil alis. Belakangan, alis pun ditato. Kini, metode yang marak diminati artinya sulam alis.
Tusyana (44), contohnya, sempat bertahun-tahun mencabuti & menggambari alis bareng pensil alis tiap kali akan bepergian. Tetapi hasilnya enggak pernah sama. Hari ini bagus, besok gambar lagi bisa buruk, ucapnya.
Setahun kemudian, bareng biaya lebih kurang Rp 5 juta, dia pun menyulam alisnya di sebuah salon seseorang ahli alis. Kini, mak tempat tinggal tangga ini mengaku puas bareng alisnya. Banyak teman saya tertarik sulam alis sesudah melihat alis saya. Suami juga suka lantaran saya jadi lebih cepat dandan & bentuk alisnya enggak lagi bikin takut.
Ellen (43), seseorang dokter gigi di Jakarta, pun tidak mau ketinggalan tren sulam alis. Selain lagi tren, saya juga merasa kondusif melakukannya. Setelah sulam alis, saya menjadi lebih percaya diri.
Banyaknya pendaftar sulam alis memproduksi dr Lydia Wisye, pemilik klinik seseorang ahli sulam alis My Beauty Art, makin sibuk. Dermatologis lulusan National University of Singapore ini menyulam alis 8-15 klien setiap hari atau lebih berdasarkan 200 klien per bulan.
Beragam juga latar belakang klien dr Lydia, mulai berdasarkan mak tempat tinggal tangga sampai menteri, berdasarkan usia remaja sampai 76 tahun. My Beauty Art memiliki cabang di Surabaya, Jakarta, & Bali. Dengan perjanjian, dr Lydia juga berpraktik menyulam alis di Kuala Lumpur & Singapura.
Salon seseorang ahli sulam alis pun kian berkembang, salah satunya Browhaus yang terdapat di Senayan City & Plaza Indonesia. Browhaus di Jakarta artinya cabang pertama berdasarkan induknya di Singapura. Setelah Jakarta, Browhaus juga membuka cabang di Shanghai, Hongkong, New York, & London.
Meskipun sedang menjadi tren, pengelola Browhaus di Indonesia, Elly Gozal, mengingatkan, tidak seluruh orang perlu sulam alis. Banyak pelanggan Browhaus yang cukup dirapikan saja alisnya bareng dicabut & sesekali diwarnai.
Sulam alis itu buat yang bentuk alisnya memang tidak bisa optimal jika hanya dirapikan. Misalnya, alis yang hanya separuh atau alisnya utuh, namun sporadis-sporadis. Ada juga yang alisnya tinggi sebelah, istilah Elly.
Seperti alami
Sulaman alis sepintas terlihat seperti rambut alis yang tertata halus & rapi -terdapat yang sejajar, melengkung searah, lengkap bareng anak-anak rambut- seperti layaknya alis alami. Namun, sulam alis kepada dasarnya mengisikan garis pewarna di sela-sela rambut alis yang orisinal.
Kalau tato, kan, satu garis solid membentuk alis, sedangkan sulam alis itu arsiran garis berjajar dilengkapi anak-anak rambut halus yang saling silang. Jadi, kesannya natural, ujar dr Lydia.
Sulam alis bisa dikatakan sebagai pengembangan teknik tato alis. Pada tato, tinta dimasukkan sampai ke lapisan kulit ketiga atau keempat. Karena kedalaman tinta & jarum itu, rambut alis tidak akan tumbuh lagi sesudah ditato.
Pada sulam alis, tinta dibubuhkan hanya sampai lapisan kulit pertama atau ke 2 sebagai akibatnya rambut alis masih tumbuh. Tinta yang dipergunakan kepada sulam alis juga lebih ringan di kulit lantaran lebih banyak berunsur organik, seperti ekstrak bunga lili.
Perbedaan lainnya, tato dikerjakan mesin tato berjarum tunggal, sedangkan sulam alis dikerjakan bareng semacam pena. Ujung pena itu seperti sisir berjarum lebih kurang 14 butir, namun sangat halus, jauh lebih mungil dibandingkan bareng jarum kepada mesin tato.
Pada sulam alis penanya tidak pakai motor atau mesin, sepenuhnya digerakkan manual. Karena itu, kedalaman masuknya jarum lebih bisa dikontrol bareng melihat respons kulit, istilah dr Lydia.
Karena pewarna yang dipergunakan bersifat organik, sulaman alis akan memudar atau menipis sebelum akhirnya hilang sama sekali -umumnya dalam 2 sampai lima tahun. Berbeda halnya bareng tinta tato yang permanen.
Sebelum proses sulam dilakukan, pasien menjalani anestesi lokal di kulit alis yang akan disulam.
Dari pengalamannya, dr Lydia berkata, dia belum pernah menemui kasus alergi, parut, atau keloid yang akan terjadi proses sulam alis. Meski begitu, sulam alis sama sekali tidak disarankan buat pengidap diabetes.
Menjadi cantik tidak dilarang, asalkan tetap sehat.
(Nur Hidayati)
No comments:
Post a Comment